Kopi Tiam Oey, Kopinya Mak Nyus




Mak nyus....
Siapa tidak kenal dengan frasa itu, kata yang sangat terkenal dipopulerkan oleh Pak Bondan Winarno untuk menunjukkan kelezatan suatu masakan. Pada siang itu, setelah lelah berputar-putar dengan partner, kami coba mampir ke restoran Kopitiam Oey (baca: Kopitiam Wi), yang konon katanya pemiliknya adalah Pak Bondan Winarno.
Yang saya dengar, kopi disini enak, makanya kami penasaran mencoba. Suasana restoran cukup ramai pada siang itu, terutama konsumen keluarga, kakek nenek orangtua dengan anak-anak mereka, tapi ada juga beberapa anak muda seperti kami (hehe).
O ya, lokasi resto yang ada di daerah perumahan orang Belanda jaman dulu (JL. Wolter Monginsidi), dan bangunan di sepanjang jalan ini adalah bangunan kuno, sebenarnya lokasi kantor saya dulu juga di jalan ini jadi cukup familiar dengan daerah ini, dan tentu saja bangunan bergaya arsitektur Belandanya. Salah satu ciri arsitektur Belanda jaman dulu adalah adanya teras terbuka, itu merupakan ciri dan kejeniusan sehingga terjadi perpaduan antara budaya Jawa (rumah Joglo) yang terbuka dengan bangunan dari budaya Eropa (ruang terbuka penghubung bangunan-untuk mendinginkan ruangan). 
Waktu masuk ke resto ini, saya langsung familiar dengan ruangan-ruangannya, karena entah kenapa bentuk ruang, jendela dan letak ruangannya persis sama dengan kantor saya dulu yang lokasinya cuma beberapa meter dari resto ini, mungkin jaman penjajahan dulu, rumah-rumah disini merupakan kompleks perumahan dengan desainer yang sama dan dibangun bersamaan sehingga bentuk rumah dan bangunan, sampai ruangan dalamnya sangat persis dengan kantor saya dulu.
Karena gerah sekali cuaca Jogja siang ini, maka kami coba masuk ke ruangan yang berpendingin AC, walaupun juga masih terasa gerahnya, sambar menu, langsung cepat-cepat pesan Itj Cappucino dan Kopi Susu Indocina dengan es. Sebelum minuman datang, ada welcome snack semacam stick snack, ya lumayan buat ganjal perut, karena siang ini kami memang tidak memesan makanan, hanya ingin minum saja.


Saat pesanan datang, langsung kami icipi, Itj Cappucino nya enak, sangat segar, manis, pahit kopi pas dan ada rasa karamel, kopi susu indocina-nya membuat kita harus sabar menunggu tetes demi tetes kopi menetes dari vietnam drip yang diletakkan di atas gelas, unik (di Vietnam, alat drip ini merupakan suatu kewajiban untuk menikmati secangkir kopi). Saat saya tuang es, dan mencampur susu kental manis dengan kopi, rasanya nikmat sekali, segar.
Mungkin karena kopi di kedai ini khusus menggunakan biji kopi Aroma dari Bandung, jadi membuat keunikan dan aura vintage-nya makin terasa, sebagai catatan, pabrik kopi Aroma di Bandung masih menggunakan mesin Probat buatan tahun 1930 semenjak pabrik tersebut berdiri di jaman Belanda hingga saat ini, dan kopi arabicanya diperam selama 8 tahun sebelum di-roast dengan mesin dari masa lalu tersebut. Cita rasanya, old school saya bilang, cocok dengan konsep restoran ini, konsep restoran Cina peranakan, masa lalu, mengingatkan akan masa indah romantisme jaman kolonial (loh? hehe).
Kopi tiam sebenarnya merupakan istilah yang artinya kedai kopi, sehingga resto ini buka juga dari pagi,  dari jam 7 pagi sampai malam. Mau sarapan? Boleh, ada menu seperti telur rebus, atau sandwich ala Eropa, mau makan siang? Bisa juga, ada menu mulai dari pasta sampai gudeg atau gado-gado, benar-benar lengkap menunya, perpaduan Western-Chinese-Traditional.  Oya denger-denger, karena masalah hak cipta penggunaan nama kopitiam ini, sekarang Kopit Tiam Oey tidak memakai kata kopitiam lagi, tapi Kopi Oey saja.
Bagi yang penasaran, coba mampir ke Kopi Tiam Oey, harganya? Berada di kisaran Rp.10.000-Rp50.000.




Nama Restoran : Kopi Tiam Oey
Lokasi               : JL. Wolter Monginsidi
Kisaran harga    : Rp.10.000-Rp.50.000

Komentar